Cari Blog Ini

Blog Archive

PERMATA Buka Pendaftarn Setiap Hari Mulai 08.00 - 14.00. WA 0812 5933 3340, 0813 3253 4445, 0856 4949 7779

Perkembangan Islam di Jeonju Korea Selatan.


Nama Jeonju pertama kali digunakan pada tahun 757 atau tahun ke-16 dari Raja Silla Gyeong-deo. Tempat ini dikenal pula sebagai kota tertua di negeri asal Daejanggeum ini. Jeonju pernah ditetapkan sebagai ibu kota pada tahun 900 di masa Dinasti Baekje, yang didirikan oleh Gyeon-whon. 


Kota inilah yang akhirnya menjadi saksi kelahiran Joseon Dynasty’s cultural renaissance dan menjadi pusat politik dan pemerintahan selama Dinasti Jeoson.


Kota ini kini menjadi terkenal karena adanya kompleks wisata budaya yang terkenal dengan sebutan Jeonju Hanok Village yang berjumlah 500 lebih.

Selaras dengan reputasi Jeonju sebagai kota budaya, dibangun sebuah masjid dengan perpaduan arsitektur Islam dan Korea. Kubah khas masjid dipadukan dengan atap khas Korea menunjukkan harmoni antar keduanya.

Siapa kira, Islam tumbuh dan berkembang di kota kecil ini. Sejarah menunjukkan bahwa Islam memang telah hadir semenjak jaman kerajaan di Korea. Pada abad ke-9, para pedagang Arab dan Persia singgah ke Korea di mana saat itu dinasti Silla sedang berkuasa.

Sedangkan komunitas Muslim sendiri baru dibangun setelah pecahnya perang Korea sekitar tahun 1954. Saat itu tentara Turki ikut membantu Korea Selatan sambil menyebarkan ajaran Tauhid di Korea.

Masjid Jeonju adalah masjid keempat yang menjadi saksi berkembangnya Islam di Korea. Masjid yang bernama Masjid Abu Bakar Al Siddiq yang merupakan lambang kecintaan terhadap shahabiyah.

Berdirinya Masjid ini diprakarsai oleh Dr. Abdul Wahab Zahid yang juga menjadi imam Masjid Abu Bakar Al Siddiq dan salah satu imam besar di Korea Selatan. Tahun 1980-an, seorang sahabat memberinya modal bisnis. Akan tetapi sang imam memilih menggunakan uang tersebut untuk jalan dakwah dengan mendirikan sebuah masjid di Jeonju.

Pada Tahun 1985, pembangunan masjid di mulai dan selesai satu tahun kemudian. Sebelumnya, dakwah dengan kuliah umum dilakukan di tenda-tenda, tak peduli bagaimana panasnya Musim Panas atau dinginnya pada Musim Dingin.

Dalam perjalanannya Dr. Abdul Wahab Zahid, mufti asal Syiria, yang akrab dengan nama Korea, Hak Ap Du, telah berhasil meng-Islamkan banyak warga asli Korea. Bahkan beliau juga menjalin hubungan baik dengan keluarga Muslim asli Korea, menganggap mereka sebagai bagian dari keluarganya. Tak tanggung-tanggung, beliau juga hadir memberikan khutbah di 6 masjid lain di Korea secara bergantian.

Khutbahnya biasa menggunakan 3 bahasa, yaitu Bahasa Inggris, Arab dan Korea.  Beliau juga membuka kesempatan bagi warga Korea yang ingin memahami dan belajar Islam secara mendalam.

Sampai saat ini, tercatat ada 450an muslim asli Korea yang tinggal di Jeonju.  Pemerintah Korea sendiri cukup terbuka. Mereka tidak pernah melarang ajaran Islam masuk.  Dr. Abdul Wahab Zahid berharap agar semakin banyak warga korea yang menganut ajaran Islam.

Perkembangan Islam memang telah mewarnai hiruk pikuk kehidupan hedonisme, yang menilai kepuasan hanya dari perolehan materi yang mampu dimiliki. Khususnya di sebuah kota kecil bernama Jeonju.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar